Thursday, October 05, 2006

Rasisme [3]

Ini masih cerita tentang rasisme, meski dalam format yang lebih dipaksakan. Ya, dipaksakan. Ceritanya begini. Saat kuliah Global Business Environment, sang dosen memberikan contoh tentang potensi pasar Asia. Maka muncullah slide bergambar peta empat negara dengan jumlah populasi terbesar. Pertama Cina, kemudian India, Amerika dan terakhir Indonesia. Rasisme karena dosennya menyebutkan kelebihan masing-masing negara sebagai pasar potensi yang besar ini, kecuali Indonesia tentunya.

Cina dengan jumlah penduduk besar, tenaga kerja murah dan juga sumber daya dan bahan baku yang memadai. Tak heran, Dell, merek komputer Amerika, dirakit di Inggris dan bahan baku dan sebagian besar komponennya diproduksi di Cina.

India, negara dengan pusat pelayan outsourcing terbesar di dunia. Bahkan beberapa perusahaan besar Amerika menyewa jasa perusahaan India, karena bahasa Inggris bukan lagi menjadi hal aneh disana.

Amerika apalagi. Dari 100 merek ternama di dunia, hampir sebagian besar merupakan perusahaan dari Amerika. Dalam ururtan 10 besar sekalipun, cuma toyota yang berasal bukan dari Amerika.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Sang dosen memberikan beberapa hal sebagai identifikasi dari bangsa ini. Ketika krisi melanda Asia, cuma negara ini yang belum total keluar dari krisis. Negara ini pulalah yang menurutnya aneh, dimana GDP nya biasa-biasa saja namun tingkat konsumsinya luar biasa tinggi. Dapat ditengok dari kredit konsumsi yang kian deras mengucur. Yang paling menyakitkan, korupsi masuk juga sebagai identifikasi untuk menunjukkan Indonesia. Relevansinya dengan pasar tak perlu dipertanyakan disini, sebab panjang ceritanya. Tapi itu lho, kok bangsa Indonesia cuma dikenal dari korupsi dan ketertinggalannya?

Setelah panjang lebar menjelaskan, dosen pun bertanya apakah ada diantara kami yang berasal dari Indonesia?

Ah, rasis juga dosen ini, pikirku...

3 comments:

B-a-r-r-y said...

sebenarnya untuk dapat bersaing dipasar bebas itu tidak perlu terlalu khawatir tentang apa yang menjadi julukan bagi bangsa kita. Yang paling penting adalah bagaimana ke depan nya. dalam pasar bebas, apakah indonesia sanggup melayani permintaan? itu saja. jika sanggup maka perlahan-lahan kita bisa menggeliat, lalu mulai berjalan, lalu suatu hari nanti berlari dengan situasi ekonomi yang lebih baik.

My Name is Imran Ma'mur said...

Negara yang susah keluar dari krisis...yaa that's Indonesia. Tapi Negara mana yang membagikan IDR 100.000 pada setiap rakyatnya yg miskin? even now we have no debt any more guys.We still have to be proud to be Indonesian. Go and tell them!!Our name on u'r shoulder

Anonymous said...

gua bangga jadi orang indonesia.