Wednesday, May 01, 2013

Lima Tahun

Lama tak menjenguk tempat bermain ini. Sekali menjenguk hanya ingin menuliskan sedikit catatan menjelang lima tahun usiamu, Nak. Saya masih ingat, saat mamamu akan melahirkanmu, saya sempat berdebat dengan perawat. Dia mengatakan bahwa kamu masih butuh waktu lama untuk lahir, sedangkan saya yakin waktunya tidak lama lagi. Bukan mengapa, saya hari itu tanggal 2 Mei, dan bagi bangsa kita itu adalah hari istimewa karena hari Pendidikan Nasional. Sebenarnya saya dan mamamu tak menarget hari tertentu untukmu lahir. Saya cuma tak tega lihat mamamu yang kesakitan luar biasa. Sehari sebelumnya saya telah membawanya ke rumah sakit, tapi karena belum menunjukkan tanda yang cukup berarti kami pun diminta pulang dan kembali esok hari. Padahal saat itu mamamu sudah merasakan sakit yang tak terkira, menurutnya. Dan saya percaya. tepat lima tahun yang lalu, kamu pun hadir. Senang tak terkira saat itu, dan kita cuma bertiga.

Saat catatan ini saya tulis, kamu dan mamamu sedang bertemu dokter. Pagi tadi dadamu sudah discan untuk memastikan tidak ada masalah. Sejak saya tinggal untuk sekolah hampir sebulan lalu, kata mamamu asma dan batuk silih berganti datang menghampirimu. Kadang kamu seharian harus minum obat dan diuap dengan bantuan nebuliser. Alat bantu uap ini kita beli sesaat sebelum saya balik ke sekolah. Bersama mamamu kami berpikir mungkin itu akan sedikit membantu derita sesak napasmu yang rutin datang jika pagi menjelang.

Sebelumnya dirimu seperti terjadwal dapat sakit lumayan parah 2 bulan sekali. Jika itu yang terjadi, kita punya dua dokter idola dan andalan. Keduanya kami anggap baik dan cocok denganmu. Sebelumnya, saat gejala asma pertama kali muncul, hampir semua dokter anak di Makassar telah kita datangi. Belum lagi dokter kulit dan ahli gizi yang tak terhitung berapa kali kita sambangi. Ini karena selain asma, dirimu juga tak bisa sembarang mengkonsumsi makanan. Susu sapi tak boleh, apalagi keju dan mentega. Makanya badanmu terlihat sangat kurus. Tingkat kekurusan kelihatan makin bertambah parah saat dirimu sakit. Jika sesak napas, tak tega rasanya melihat dadamu yang kelihatan tulang rusuknya itu. Dalam hati saya selalu sedih memikirnnya. Kamu tak minum susu formula yang katanya banyak vitamin dan zat penting untuk pertumbuhan anak itu bukan karena kami tak bisa membelikannya untukmu. Bukan, tapi karena dirimu memang tak bisa menikmatinya. Belum lagi setiap ada kawanmu yang ulang tahun, kamu tak pernah bisa mencicipi kue ulang tahun mereka. Saya dan ibumu selalu sedih, nak.

Selain dokter, beberapa kali dirimu juga dipertemukan dengan banyak orang tua, dan orang pintar. Jika situasi seperti ini, saya selalu berbeda pendapat dengan mamamu. Satu sisi saya masih percaya bahwa sakitmu ini masih bisa dicarikan 'jalan ilmiah'nya atau bertanya pada dokter dan belajar pada banyak literatur. Satu sisi, mamamu selalu menekankan pentingnya kita menghargai upaya orang lain, termasuk dari kakek dan nenekmu untuk mencoba segala usaha dan upaya agar kamu sembuh. Kamu pernah dibawa ke Bone, Enrekang, Maros, hingga beberapa tempat di sekitaran BTP. Ada yang memberikanmu ramuan tradisional, lengkap dengan beberapa bacaan doa. Namun ada juga yang sekedar memijat dan mengurutmu. Katanya sih agar peredaran darahmu lancar.

Begitulah nak, banyak upaya yang sudah kita lakukan bersama. Kami bercerita ini bukan sebagai bentuk putus asa. Saya masih percaya kamu tetap ciptaan tuhan yang spesial buat kami. Jika ada hal yang paling saya suka dari beberapa nasihat alternatif diluar kunjungan ke dokter, adalah dengan berjalan bersamamu, bermain dan berenang di pantai. Ya, beberapa orang, termasuk dokter menyarankan kamu untuk rajin-rajin direndam di air laut. Ini agar tubuhmu menjadi lebih kuat dan juga baik untuk melatih pernapasanmu.

Kadang ada ups dan downs dari saya maupun ibumu. Tapi percayalah, itu tak lebih karena kami masih manusia yang menyayangimu tiada tara. Semua upaya rasanya sudah dilakukan. Apalagi mamamu, hapir banyak hal yang dikorbankannya untukmu. Tak terhitung berapa kali mamamu menangis tersedu jika lihat kondisimu. Saat jauh, tangisnya itu dibaginya kepadaku. Mungkin ia tak kuat menanggungnya sendiri. Dan kau tahu, ia selalu nyaman jika menangis dipundakku. Makanya, saat seperti ini, saya jauh dari kamu dan mamamu, saya jadi tak bisa melakukan banyak hal. Untunglanh, kita punya banyak saudara, teman dan keluarga yang selalu menguatkan dan memberi semangat, juga alternatif pengobatan.

Tapi sekali lagi, kami selalu percaya dirimu spesial. Mungkin kami saja yang belum menemukan cara spesial yang tepat untuk merawatmu. Sebenanrnya kami tak ingin terlalu larut dan berserah begitu saja dengan apa yang kamu derita. Saya percaya, termasuk beberapa informasi yang kami terima, bahwa penyakit itu perlu sedikit dilawan. Saat kamu sesak atau alergi misalnya, saya tetap berpikiran untuk membawamu ke luar rumah. Tinggal di dalam rumah lebih dari dua hari tentu tak baik untuk seusiamu yang selalu ingin bermain dan ingin tahu banyak hal. Soal makanan pun kami pernah bersepakat untuk sedikit menurunkan standar toleransi. Beberapa kali nenekmu mencobakan mie, yang telah dicuci berkali-kali dan tanpa bumbu diberikan kepadamu. hasilnya, kadang kulitmu memerah karena alergi yang kamu derita. Tapi kamu juga tetap bertahan dan untungnya kita bisa lewati meski progressnya relatif lambat.

Selalu sedih jika meliha menu makanmu yang hampir itu-itu saja. Sayur tanpa garam dan penyedap rasa. Ikan yang dibakar tanpa bumbu. Cemilan yang serba dikukus karena efek minyak goreng belum cukup kuat diterima tubuhmu. Karena tak ada cemilan yang khas dikonsumsi anak-anak seusiamu, buah segar selalu menjadi pilihan. Kami paham nak, sebenarnya dirimu diberkati dengan nafsu makan yang baik. Makanya saat kamu sehat, kamu bisa makan hingga lima kali sehari. Tapi ya itu tadi, tak banyak pilihan makanan yang bisa kamu konsumsi. Mungkin kamu masih ingat, sata hanya jalan berdua denganmu, kita pernah mampir ke KFC. Mamamu sebenarnya sudah peringatkan untuk tidak sembarangan memberimu makan. Makanya kita dibekali dengan makanan dari rumah. Cuma karena saya berfikir saat itu kamu baik-baik saja dan tidak sedang sesak, maka mampirlah kita ke KFC. Kita makan berdua, dan sesekali saya membolehkanmu mencicipi ayam goreng yang kulit kriuknya sudah saya bersihkan. Singkat cerita, kamu ternyata baik-baik saja dan tidak ada efek berarti di tubuhmu. tak seperti biasa yang jika ada barang yang tak cocok, tubuhmu langsung bereaksi instan. Entah itu anggota tubuh yang memerah, atau batuk dan sesak napas.

Begitulah nak, lima tahun usiamu kini dan belum banyak perkembangan berarti dari kesehatanmu. Dalam seminggu, paling banyak kamu masuk sekolah itu cuma 5 hari. Ada saat dimana kamu sebulan bersekolah full. Tapi lebih banyak rasanya kamu masuk sekolah dua hari, dan ijin untuk sisa harinya. Meski begitu, selalu menarik mendengarmu kisah ketika pulang sekolah. Tentang kawan-kawanmu yang tak henti saling mengerjai, termasuk cerita tentang beberapa kawanmu yang sering menjadikanmu objek penderita. Mungkin karena tubuhmu yang paling kecil. Kamu pernah cerita berada dalam posisi dilema karena ada dua kawan 'besar' yang erbkelahi. Kamu dipaksa memilih bermain dengan siapa, dan jika tidak akan kena pukul. Ketawa saya mendengar ceritamu itu nak. begitulah dunia anak-anak. Kepadamu saya cuma cerita bahwa kamu harus tentukan pilihan sendiri dan belajar mandiri. Soal berkelahi, biasalah itu. Asal tak melukai saja, semuanya oke-oke saja.

Tapi saya tak mau cerita soal derita saja. Meskipun sebenarnya itu bukan derita. Itu bagian dari hidup bersamamu. Tak elok rasanya jika hanya menanti tawamu tanpa mau ambil tangismu juga. Semangat ini saya bagi juga dengan mamamu, dan syukurlah kini dia lebih kuat.

Oh yah, satu kebanggaan lagi saat kamu menang lomba mewarnai. Tak main-main, lomba mewarnai se-BTP raya. Guru dan teman-temanmu tidak pernah tahu ternyata kita tiap malam punya aktifitas wajib, yaiut mewarnai. Tak terhitung sudah berapa buku mewarnai yang kita tamatkan berdua. Dan entah kenapa, saya selalu menjadi pilihan utamamu dalam mewarnai. Mungkin karena saya selalu terima jiak diminta mewarnai apa saja, termasuk dengan warna apa saja. Nah, saat kamu menang itu, kamu dapat piala. Luar biasa nak. Saat seusiamu, saya tak pernah dapat piala. Jadi paling tidak kamu sudah lebih baik dari saya saat seusiamu. Tapi jangan dulu berbangga. Saat TK dulu lomba mewarnai belum begitu populer di sekolahku, jadi masih masuk akallah alasanku.

Bercerita tentangmu selalu tak ada habisnya. Tapi baiklah, kini kau sudah lima tahun. Tak banyak yang saya minta pada tuhan nak. Semoga kamu tetap dilimpahi kekuatan dan kesehatan. Kami pun akan selalu menjagamu, sepanjang yang kami bisa. Jadi kuatlah. Kau tahu, banyak orang yang menyayangimu. Jadi kuatlah, supaya kamu bisa menjelajah lagi. Kita akan pergi ke banyak tempat, sebab hanya dengan begitu kita jadi banyak tahu dan makin sadar bahwa kita belum tahu banyak. Kita masih punya banyak rencana besar bersama mamamu. Makanya, di usiamu yang kelima ini, banyak doa kami panjatkan. Be strong, my boy...