Sunday, June 29, 2008

Setelah Pesta Berakhir

Piala Eropa akhirnya kelar juga. Sebuah pesta sepakbola dengan banyak kejutan. Satau hal yang pasti, terima kasih karena Inggris akhirnya tidak lolos ke Swiss dan Austria. Entah bagaimana nasib perhelatan ini jika mereka turut serta. Gerrard sendiri mengakui, bahwa orang Inggris, media Inggris, serta komentatotr an politisinya selalu berbicara berlebihan akan diri mereka. "We talked ourselves up too much", begitu katanya ketika mereka ditekuk Jerman pada piala Eropa sebelumnya.

Saya menonton banyak acara olahraga selama di sini. Tak seperti di Indonesia, ketika sepakbola menjadi satu-satunya tontonan favorit. Ada rugby, golf, tennis, cricket, renang, atletik dan dart, yang ternyata juga menjadi bagian dari olahraga dunia. Terbukti, semua olahrag itu punya piala dunia masing-masing. Tapi tentu saja, cuma sepakbola yang menjadi tontonan paling menarik bagiku. Bahkan konser Coldplay di BBC Three tak cukup mencuri perhatianku untuk mengalihkan pandangan dari pertandingan perdelapan final di BBC one.

Kembali ke piala Eropa, tim jagoan saya Portugal tak berhasil mencapai puncak dengan generasi emasnya. Mereka toh tak bisa berkutik ketika dihadapkan pada tim dengan mental juara yang kental seperti Jerman. Tapi sekali lagi, tak mengapa. Saya akhirnya terhibur dengan Turki, yang semua orang seperti sepakat menjadikannya tim paling hebat. Mereka begitu mencintai apa yang mereka lakukan, hingga ungkapan klise bahwa pertandingan baru usai ketika peluit panjang berbunyi seperti mendapatkan momentumnya. Seorang kawan punya komentar sendiri mengenai tim Turki ini. "Andaikan Presiden Indonesia seperti Fatih Terim, tentu kita tidak butuh tentara untuk bicara soal negara. Andaikan pemuda Indonesia seperti para pemain Turki, kita tidak pernah merasa malu meskipun mungkin tidak juara", begitu katanya.

Tim paling sial siapa lagi jika bukan France. Mereka seperti sekumpulan hantu yang tak jelas ingin membuat tim lawan takut atau terbahak. Mereka perlu ganti generasi, dan yang tua, tak lagi mengambil jatah generasi baru.

Begitulah, pesta akbar itu telah berakhir. Kita yang hanya menyaksikan lewat layar tivi telah menjadi saksi betapa kameramen dan produser tivi telah membuat sebuah dunia baru bagi kita. Merekalah yang kemudian membangun cerita dan drama bagi kita. Tapi sekali lagi tak mengapa, toh mereka telah menghibur dan menemani waktu saya melewati petang dengan beragam drama. Setelah pesta ini usai, hidup harus kembali lagi. Tentu, tidak dengan meninggikan diri berlebihan seperti pesan Gerrard.

Sunday, June 22, 2008

Bohemian Manifesto

Banyak cara yang dipilih orang untuk mengekspresikan perasaan, entah itu sedih, gembira, marah atau tanpa rasa sekalipun. Saat larangan membawa minuman beralkohol di dalam tube (kereta bawah tanah) di London akan diberlakukan, malam sebelum larangan itu berlaku, hampir seluruh penumpang membawa kaleng bir atau botol vodka. Tak sedikit yang mengutuk larangan itu, namun yang biasa-biasa saja dan gembira bukannya tak banyak. Beberapa stasiun akhirnya ditutup. Tak perlu menjadi ahli kriminal untuk tahu sebabnya. Minuman keras dan kegaduhan, bedanya tak lebih dari tinggi kaleng bir.

Begitu juga saat tim Glasgow Rangers takluk dalam final piala Uefa. Kota Manchester seperti menjadi kota yang habis dijarah dan diporak-porandakan oleh suporter yang tak terima kekalahan tim mereka.

Nah, bagaimana dengan orang-orang yang memilih telanjang sebagai ekspresi perasaan mereka?

Siang itu, selepas dari Guild of student membeli kopi dan cemilan, saya melewati tower clock dan gedung pusat administrasi menuju library. Clock tower ini seperti Big Ben London modelnya, tapi dengan terowongan yang dapat dilalui kendaraan di bawahnya. Ia bangunan tunggal dengan tinggi menjulang yang terpisah dari gedung pusat administrasi, sebagai penanda dan khas kampus kami. Sejarah dan info lengkap, ada disini.

Beberapa meter dari clock tower, 6 orang mahasiswa berkumpul, dua diantaranya adalah wanita. Mereka seperti mendiskusikan sesuatu. Mereka berselonjor bebas di taman. Hal yang lumrah di tengah musim panas seperti ini. Bagi mereka (orang lokal), sengatan matahari adalah berkah. Tapi bagi mereka yang berasal dari kawasan tropik, itu adalah bencana. Bencana karena panasnya yang berbeda dan lebih terasa kering, dan juga bencana pada mata. Kok mata? Tak perlu penjelasan untuk pernyataan ini...

Kembali ke sekelompok mahasiswa itu. Tiba-tiba semua mereka berlari menuju clock tower. Dan tanpa komando, satu-satu mereka melepas pakaian. Literally, mereka melepas semua pakaian, dan tak menyisakan sehelai benang pun (maaf, ini mengingatkan saya pada "bacaan-bacaan nakal" saat sekolah dulu). Ekspresi wajah mereka tampak gembira, dan tak ada beban. Dengan sorak-sorai mereka berlari mengelilingi clock tower, seperti ingin memafhumkan semua orang bahwa mereka bisa.

Saya tak tahu apa alasan mereka. Apakah itu bagian dari kampanye dan protes atas kebijakan atau sekedar sebuah eskpresi kegembiraan, sebutlah sebagai exhibitionist belaka. Hari jumat kemarin memang adalah hari pengumuman untuk mahasiswa undergraduate. Mungkin mereka lulus, dan semua mereka pernah ber-nazar untuk melakukan itu. Entahlah..

Aksi mahasiswa-mahasiswa itu tak bertahan lama. Petugas keamanan segera menghampiri mereka dan sejurus kemudian mereka kembali "normal".

Tapi kenapa memilih ber-primitif ria? Sejarah memang banyak menunjukkan kepada kita bahwa tak berbusana adalah salah bentuk ekspresi paling berpengaruh. Setidaknya itu bisa disimpulkan dari banyaknya kampanye-kampanye civil society organizations. Kita masih ingat Agustus 2007 ketika Greenpeace mengumpulkan ratusan orang telanjang di sungai es Swiss. Cancer research di Inggris pernah juga melakukan kampanye penyadaran soal bahaya kanker, dengan dua volunteer rela tak berbusana di tengah kota sambil membagikan brosur dan aneka pesan. Semua itu ada maksud dan target yang jelas. Lain soal dengan cara mereka, yang bagi banyak orang tentu dianggap tak patut secara moral.

Saya jadi mikir, jangan-jangan saya terkucil dari pengetahuan bahwa menjadi bohemian dalam tataran tertentu, adalah cara terbaik memunculkan diri di permukaan, seperti mereka dengan aksi sekilas yang kemudian menjadi bahan perbincangan hampir semua orang di kampus. Ah, aneh-aneh saja...

Friday, June 20, 2008

DVD

"Hi mate, do you sell DVD?" Ditanya begitu saya jadi kaget. Saat antri di toilet mall di city center pagi tadi, seseorang tiba-tiba mendekatiku sambil mengucapkan pertanyaan tadi. Saya tentu saja jawab tak punya, sambil menekankan bahwa saya tak menjual kalau pun ada. Emang tampang saya kayak penjual DVD? Dan pasti, DVD yang ia maksud adalah DVD bajakan. Kalau yang ori, tentu ia tak perlu menghabiskan waktu di toilet umum sambil berharap ada penjaja DVD yang asli. Duh, jauh-jauh kesini saya tak perlulah jualan DVD untuk sekedar bertahan hidup, apalagi DVD bajakan dengan genre yang satu itu...

Bisnis ilegal ini memang marak di sini. Di tengah harga DVD original yang relatif mahal, teramat mahal bahkan. Untuk new release, kisaran harganya bisa 12 pound lebih. Yang paling murah, itu pun jika ada sale season, kisarannya 3-5 pound. Nah, dari cerita teman, pelanggan DVD bajakan, denga harga sale sekalipun, ia merasa masih kemahalan. DVD bajakan yang kebanyakan dari Cina dan India itulah jadi tumpuan. Murah, meriah dan membuat sumringah. Soal kualitas, jangan terlalu berharap. Tapi jika beruntung, kadang malah serasa menonton tipi dengan format H-D.

Nah, soal tampang penjualnya gimana, saya sendiri penasaran. Saya merasa tak begitu percaya diri memiliki tampang penjual DVD bajakan. Mungkin apa karena saya membawa tas ransel yang lumayan gede. Dari ukurannya, tas saya bisa memuat lebih dari 50 DVD, he..he..

Setelah menyelesaikan urusan toilet, saya lihat orang tadi masih ada di depan pintu masuk. Saya menghampirinya dan berkata, "Kalo ketemu teman saya, akan saya sampaikan bahwa ada yang cari DVD di sini. Asal kau mau bersabar menunggu".

Monday, June 09, 2008

Maen Bola Lagi yuk..

Lima tahun lalu, Carlos A Pareira, pelatih Brasil, negara penghasil banyak talenta bola sepak itu pernah berkata, masa depan formasi sepakbola adalah 4-6-0. Tidak akan ada lagi striker murni. Torres di Liverpool dan Adebayor di Arsenal mungkin akan kita temukan posisinya di tengah, saat line up tim diumumkan.

Tak ada yang pernah menyangka, teknologi dimanfaatkan sedemikian rupa untuk sepakbola. Tapi kini, wasit pun memakai perlengkapan komunikasi untuk bercakap denga sejawat di pinggir lapangan dan dua wasit pembantu di setiap sisi lapangan. Melihat mereka, seperti melihat Britney Spears dan Justin Timberlake yang memakai microphone lengket di pipi karena akan bergoyang pinggul di panggung sehingga mike statis tentu jadi tak pas.

Itu hanyalah sedikit contoh tentang radicalism yang melekat dalam perjalanan sejarah sepakbola. Tak semua upaya itu berujung pada kemaslahatan umat. Radikalisasi sepakbola dalam wujud bisnisnya telah mengubah permainan rakyat ini menjadi lebih tercabut dari akarnya (suporter) dan menjadi sebuah produk serupa minuman ringan berkarbonasi.

Tapi lupakanlah analisis mendalam tentang pengaruh korporasi itu dalam sepakbola. Seperti yang lain, tentu ini saat tepat untuk menikmati hidup, sejenak saja tak apa. Euro 2008 sudah dimulai. Prediksi Carlos di atas belum juga terwujud, dan syukurnya, kita masih bisa lihat aksi striker murni beradu taktik dan speed dengan pemain belakang lawan. Tapi soal gol, sepakbola modern tak lagi ramah dengan skor banyak. Begitu ramalan saya, yang tak perlu disimpan rapi dalam box dan dijaga oleh tim keamanan hanya untuk bikin sensasi tak lucu. Tak perlu jugalah ada pakar yang sok ngurus semua urusan negeri, dari urusan foto telanjang hingga lagu kebangsaan yang menanggapi tebakan saya.

Yunani, juara bertahan hanya mendapat sedikit peminat pada pasar taruhan William Hill di dekat rumah. Pemain-pemain Inggris pada menikmati liburan summer mereka, dan tim Jerman tampil lebih percaya diri kali ini. Soal juara? Saya berharap Portugal. Pertandingan pertama mereka sungguh nyaman ditonton. Meski Ronaldo masih sering show off dan menjengkelkan, tapi saya butuh juara baru. Ini sama kondisinya dengan kebosanan saya terhadap Man UTD, Liverpool, Arsenal yang merajai Premier League. Setara pula dengan keengganan untuk mensupport Inter-Milan, Roma, dan Juve untuk memungkasi Serie A liga Itali.

Euro 2008, who will you support?