Thursday, January 06, 2005

menikah



"wah hebat sekali dia, nalumbamaki sede", begitu sontak jawaban Ac ketika kukabarkan padanya bahwa Jo', teman kami akan segera melepas masa lajangnya (uh, istilah koran lagi).

apa pernikahan dilihatnya sebagai sebuah perlombaan, kali yaa? ah, tidak juga rasanya. ungkapan itu mungkin untuk menunjukkan kebahagiaan (ehm...berbohong lagi deh) atau bisa juga karena betul-betul merasa didahului. tapi emang pernikahan harus berjalan sesuai urutan?

bicara soal pernikahan, belakangan ini saya sering diberondong pertanyan yang serupa. masalahnya, yang memberondong itu orangnya yang itu-itu juga. masalah lainnya, (ini yang paling parah, rasanya) ia memintaku menikah sementara ia sendiri belum. akan halnya dengan saya, ia juga memiliki segudang alasan, meski alasan itu tak tepat betul.

apakah untuk menikah memang membutuhkan alasan? bisa saja, tapi bisa juga tidak. yang masalahmungkin adalah banyaknya ketakutan-ketakutan yang (bisa saja) tidak perlu. "emang anak orang mau dikasi makan rumput?", contohnya. meski dengan kemampuan luar biasa dalam hal self defense mecanism, kami sendiri pula yang akhirnya menjawabnya. "ada tongji itu rezeki...." atau "menikah itu memperlancar rezeki", dan bla...bla...bla...

lalu, dimana masalahnya? ah, bicara soal ini seperti "perih" tak berujung. perlu laku, tak perlu.... (Aan, jawablah>>>)

1 comment:

bintang said...

"MENIKAH", sebuah kata yang awalnya membuatku sangat ketakutan, bukan karna aku mo ngasih makan ato dikasih makan apa, tp dengan terjalinya satu komitmen yang bisa membuatku...arrrggggg

menikah bukan hanya kita dg pasangan kita, tp juga dengan lingkungan, keluarga pasangan kita, kita juga menikah dengan kehidupan dia...uuffff

temanku pernah bilang, klu pandanganku terus begini, sampe uzur juga gw ga akan pernah menikah

he's right, menikah itu komitmen, bukankah setiap manusia hartus punya komitmen...