Iya, tepat seminggu sudah saya di Perth, dan sampai hari saya terus bersyukur karena selama ini dimudahkan. Pertama, saya dijemput di bandara jadi tak perlu naik taksi dan repot mencari tempat tujuan. Kedua, karena saya dapat tumpangan, meski tidak gratis. Sejak hari pertama hingga kini, saya masih numpang di rumah kawan-kawan yang menyewa satu rumah. Ada empat kamar, dan setiap kamar diisi dua orang. Kebanyakan dari makassar, jadi feels like home. Teman-teman ini sangat membantu. Mulai dari urusan administrasi di kampus hingga urusan sepele lainnya, seperti mencari alat makan, selimut untuk tidur dan mencari kartu telepon untuk berkomunikasi dengan keluarga di Indonesia.
Saat ini sudah musim panas di Australia. Tapi tetap saja dingin bagi saya. Matahari memang terik, suhu kadang bisa sampai 35 derajat. Tapi karena panasnya tak seperti di Indonesia, ditambah angin yang berhembus kencang, dingin tetap saja terasa. Apalagi pas subuh hingga pagi, dinginnya terasa sangat. Teringat lagi saat di Inggris dulu.
Seminggu ini saya betul-betul hanya berusaha settle dulu dengan kondisi yang baru. Keliling kampus melihat dan mengingat rute, menuntaskan urusan administrasi, ke pasar, ke supermarket dan lain-lain. Tapi hari ini, semuanya sudah lebih baik rasanya. Kartu mahasiswa sudah di tangan, bank account sudah ada, dan police clearence juga sudah diurus. Hal lain yang belum tuntas adalah soal akomodasi. Karena disini agak lama, maka butuh kamar yang lebih nyaman. Saya sebenarnya tak keberatan share sekamar dengan dua orang. Tapi karena kamarnya kecil hingga kami berdua jadi terbatas ruang geraknya.
Pagi tadi sudah menemui pemilik rumah yang letaknya tak jauh dari rumah sementara saya saat ini. Sayangnya, kamar yang hanya tersedia awal january. Beberapa alternatif sebenarnya sudah pernah disambangi. Tapi karena memilih ruamah yang dekat dengan kampus, maka pengorbanan untuk bertahan sebulan lagi rasanya tak apa.
Semoga semua dimudahkan ke depannya.
No comments:
Post a Comment