Setiap kita tentu melihat Irak dengan perangnya adalah tempat yang tidak “sehat” untuk berbisnis. Semua prasyarat normative tak dimiliki negeri itu, saat perang berlangsung, tentu. Keamanan, stabilitas, infrastruktur, dan sederet indicator lain adalah mustahil untuk terpenuhi sejak amerika yang gila perang itu menginvasi Irak.
Terlepas bahwa alasan ekonomi juga menjadi pendorong bagi Bush untuk mengirimkan ribuan tentaranya ke Irak, banyak kalangan bisnis yang melihat apa yang tidak dilihat oleh mata kebanyakan. DHL, salah satunya. Perusahan logistic terbesar di dunia ini melihat peluang yang tidak kecil. Tentu, mereka tak sekedar bertaruh selayaknya taruhan pacuan kuda atau pertandingan premiership di William Hill. Jadilah reputasi DHL sebagai perusahan logistic terbesar bertemu dengan Irak, one of the world’s most inhospitable markets.
Heyrick mungkin tak cukup bagus jika buku ini diniatkan sebagai sebuah catatan perjalanan yang dalam. Namun buku ini juga menjadi bagus sebagai sebuah catatan diluar mainstream ilmu bisnis yang sangat mengagungkan stabilitas. Tiap chapter dari buku ini pun coba mem”bisnis”
Ia bercerita tentang dilema saat ia ditawarkan merintis DHL di Baghdad. Padahal, ia telah mapan dengan profesinya di perusahaan jasa keuangan, Mergermarket. Akhirnya ia pun memilih tantangan DHL dan langsung berangkat selang beberapa hari setelah ia pulang liburan. Untungnya, pengalaman sebagai tentara ia miliki dan tentu saja berharga di tempat seperti
Singkat cerita, dalam kurun beberapa bulan armada DHL makin bertambah banyak dan Heyrick pun membawahi lebih dari 30 karyawan. Sebuah pencapaian luar biasa dalam lingkungan yang tidak biasa. Strategi yang diterapkan pun sebenarnya standard saja. Berkawan dengan tentara, mengincar pasar diplomatic dan kedutaan, serta melacak jejak bisnis baru yang bakal muncul.
Cerita menarik ia sajikan tentang bagaimana pekerja Irak yang harus bolak-balik bandara untuk mengurus logsitik dan ternyata belum pernah sekalipun menginjak bandara. Tercatat pula bagaimana orang-orang Irak itu dibayar rendah ($300/bln) namun masih sempat pula berhias dengan kalung dan cincin emas. Bagaimana pula ia harus berkawan dengan wartawan dan mencoba mengambil peran dalam kerja-kerja NGO hanya untuk mendapatkan informasi keamanan.
Hambatan dan kesulitan bukannya tidak ada. Namun begitulah bisnis besar dibangun. Google, Microsoft, dan sederet nama-nama besar dalam dunia bisnis tak lahir hanya dari proposal dan sekedar “berusaha”.
Perang Irak kini memang belum ada tanda akan berakhir. Namun Heyrick tentu telah mendapatkan sebuah pelajaran berharga dari sekolah bisnis bernama
No comments:
Post a Comment