Berburu barang bekas selalu memberi pengalaman luar biasa. Setelah mengenal charity shop, saya lalu menjajal car boot market. Encarta mengartikannya sebagai, open sale of people's things: a sale of second-hand and new merchandise from the trunks of people's cars, usually taking place on an open-air site rented for the purpose. Yah, inilah pasar yang memuaskan hasrat mereka yang berburu barang bekas. Untungnya lagi, ini juga menjadi wadah bagi mereka yang ingin menjual barang-barang, yang tentu saja sayang untuk dibuang begitu saja. Tak ada batasan dalam hal barang yang diperdagangkan. Mulai dari mainan anak-anak, keramik hingga lemari pakaian. Namun periksa sebelum membeli menjadi pedoman utama, sebab tidak ada garansi, apalagi minta uang kembali.
Jika beruntung, Anda bisa mendapatkan barang-barang langka dari sang pemilik yang merasa sudah tidak punya ruang untuk memarkir barang itu. Seperti sempat tertangkap mata ini, ada satu set alat makan yang terbuat dari perunggu. Barangnya udah tua, ini terlihat dari tahun pembuatan yang tertera di dalam kotaknya. Ada juga komik-komik tua pilem-pilem jadul. Tak ketinggalan keramik-keramik ukir yang ukurannya luar biasa serta hiasan-hiasan dinding khas kerajaan. Ada niat untuk membelinya, Cuma terpikir tidak ada lagi ruang tersedia di flat untuk menampung “kegenitan berestetika” dan kesadaran menjadi kolektor yang telat dari saya ini.
Selain barang-barang bekas, juga terdapat barang-barang baru, yang kebanyakan merupakan barang impor dari Cina dan India. Webcam, produk elektronik, serta barang-barang lain yang tentu saja harganya jauh jika dibandingkan dengan banderol toko di city centre. Soal kualitas, yah sedikit mendekati standard lah.
Satu lagi, ada juga yang berjualan cd dan dvd bajakan. Pilem Spiderman 3, shooter, bahkan sudah ada dalam format cakram digital ini, meski secara resmi belum dirilis. Namanya bajakan, selalu selangkah lebih maju. Apalagi harga dvd original yang sangat tidak rasional bagi kantong kebanyakan, maka jadilah counter penjualan dvd bajakan ini menjadi salah satu favorit pengunjung. Plus, ada banyak pilihan untuk pilem blue. He..he..Terbukti, mereka pun rupanya tak cukup kuat melawan pembajakan.
Satu hal yang saya lihat, tak semua dari pedagang itu menargetkan untung. Meski mereka dikenakan retribusi untuk berdagang, namun tak sedikit yang berpartisipasi demi kesenangan belaka, tak ubahnya berekreasi.
Sejam berkeliling, tak ada yang berhasil saya beli. Namanya kunjungan pertama, mungkin butuh kunjungan kedua, ketiga dan berikutnya untuk berkeputusan. Tak apa, kali lain mungkin ada yang melego keramik Cina dari dinasti Ming, atau barang langka lain dan saya beruntung mendapatkannya. Urusan ruang pasti bisa disiasati.
Foto: Wikipedia
1 comment:
wah sama dengan aku dong, klu di dormitoryku setiap lantai ada tempat untuk buang barang2 yang gak kepakai. nah summer kan musimnya orang lulus, jadi tiap hari kerjaaanya cari barang2 di give way hehhehe. ama melototin moving sell...Dasar marginal
Post a Comment