"Tak ada yang mencintaimu setulus kematian"
Sebuah pesan singkat terkirim kepadaku, isinya mengabarkan kematian seorang kawan. Meski tidak begitu dekat, tapi aku mengenalnya. Dan aku mengenalnya sebagai pribadi yang baik, tak banyak bicara dan selalu menyiratkan semangat untuk belajar. Ini bukan hanya karena aku diajarkan untuk mengenang seseorang yang telah tiada dengan seluruh kebaikannya belaka, tapi begitulah gambaran ringkasku terhadap almarhum.
Selang sehari sebelumnya, teman sekosku juga mendapat musibah. Ayahnya meninggal karena penyakit akut yang telah lama dideritanya. kesedihan, tentu saja seporos dengan kematian ini..
Kematian memang bisa bicara banyak, tentu saja dengan berbagai isyaratnya. Tapi panggilan tuhan tentu tak bermakna tunggal. Kematian bisa membiaskan sesuatu yang merendah-hinakan manusia, atau mungkin juga sesuatu yang mendegradasikan hidup. Itu bisa kita lihat ketika seseorang menghabisi nyawa orang lain, dengan alasan apapun. Bahkan di negara yang mengaku beragama ini, membunuh dengan nama tuhan menjadi sesuatu yang heroik.
Namun kematian tentu saja dapat juga berbicara tentang sesuatu yang luhur. Kata mereka yang saleh, kematian adalah nasehat yang paling diam. Tentang sesuatu yang menyebabkan kita bergumam kagum dan takluk dengan kebesaran kekuatan yang agung, Tuhan.
Untuk merekalah air mata kita tumpahkan. Perpisahan kemudian menjadi sesuatu yang mempekurkan. Semoga kematian mereka, memberikan pelajaran tentang bagaimana lebih menghargai hidup, sesuatu yang dijalani namun tak pernah bisa dikira likunya. Ya, kematian yang baik, kematian yang memberikan ilham bagi hidup yang lebih baik...
Allahummagfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu..
No comments:
Post a Comment