Tulisan guru besar UGM Riswanda kemarin rasanya patut kita cermati. Dengan judul sederhana ia menyatakan bahwa kita harus banyak berterima kasih kepada Malaysia karena telah berniat untuk mengambil alih Ambalat dan east Ambalat dari Indonesia. Reaksi masyarakat terhadap kasus ini memperlihatkan bahwa bangsa ini memang butuh strugle untuk menjadi kuat.
Coba kita tarik ulur sedikit ke belakang. Ketika korupsi merajalela dan illlegal loging menjadi biasa, tak ada rasa nasionalisme yang gila-gilaan seperti terlihat ketika Malaysia mau mencaplok Ambalat. Pun ketika anggota DPR meminta tambahan gaji sebesar Rp.15 juta. Di Sulsel sendiri anggota dewan meminta fasilitas laptop, katanya sih untuk meningkatkan profesionalisme mereka, toh tidak ada reaksi ganyang koruptor atau ganyang anggota dewaan yang kita lihat di jalan-jalan.
Nah, dengan adanya masalah Ambalat ini, kita dibuat bersatu padu untuk menunjukkan nasionalisme. Bayangkan, sudah berapa ribu orang yang mendaftarkan diri menjadi relawan dan siap mati untuk mempertahankan negara ini. Hebatnya lagi, isu Ambalat ini membuat "hampir" tenggelam isu kenaikan harga BBM. Pokoknya, pameo "right or wrong, Indonesia is my country" menjadi pemersatu.
Parahnya, kampanye ganyang Malaysia ini menjadi tidak rasional lagi. Selain di dunia nyata, di dunia maya pun perang antar hecker kedua negara menjadi perang terbuka dan berujung pada sikap saling menrendahkan. Di dunia nyata sendirii tak kurang demikian. Bayangkan, ada demo yang membakar foto Siti Nurhaliza, ada pula radio yang mengganti memutar lagu-lagu Malaysia menjadi lagu-lagu patriotis dan perjuangan. Padahal, trademark radio itu sendiri karena lagu-lagu Malaysia yang sering diputarnya. Tak habis pikir, memang. Tapi itulah nasionalisme, betapapun sempitnya.
Seorang kawan berandai-andai bahwa kalau toh Indonesia berperang melawan Malaysia kita akan menang. Sebab bangsa ini punya pengalaman 3 abad lebih berperang, dan itu yang tidak dimiliki Malaysia. Tapi bukankah itu berarti kita akan dijajah kembali?
Tapi, menyaksikan "bersatu"nya rakyat untuk membela negeri ini kita menjadi sedih jika melihat tingkah para elit. Tak ada reaksi yang pantas untuk tetap menjaga keutuhan bangsa ini. Tak ada reaksi wajar ketika melihat korban berjatuhan akibat longsor sampah, kelaparan NTT atau anak sekolah yang harus berhenti karena gedung sekolah mereka roboh. Bagaimana kalau kampanye ganyang Malaysia ini ditambah dengan ganyang koruptor?
4 comments:
Untuk masalah ini agak dilematis juga sih, kalaupun dilepas negeri ini akan menanggung malu untuk yang kesekian kalinya setelah kasus sipadan-ligitan dan ekstradisi para TKI, tak hanya itu saja jangan-jangan negeri ini kan menghilang,bukan lagi Indonesia. Kalau nantinya Indonesia menang, saya tak yakin kesejahteraan para nelayan dan masyarakat sekitar di pulau itu terjamin seperti sebelumnya. Pemerintah tak pernah punya i'tikad baik bagi negeri ini dan warganya,sudah banyak bukti!
Untuk anggota dewan, saya tak yakin mereka tahu cara menggunakan laptop, paling tidak akan bingung digunakan untuk apa.hehe...
Sepertinya kepercayaan sulit didapat di negeri ini.
salam sejahtera. Saya adalah rakyat Malaysia dan saya ingin memberika ulasan. Pertamanya penghantaran pulang tki adadah umtuk kebaikan mereka sendiri. Datanglah ke Malaysia secara sah. Hanya rakyat Indonesia yangmemasuki Malaysia secara sah akan dilindungi Kerajaan Malaysia. Keduanya biarlah urusan Ambalat diselesaikan oleh Presiden SBY dan PM Abdullah. Ketiganya banyakkan bersabar dan jaga tutur kata. Jangan mudahmenghina negara orang. Sekian. terimakasih.
Saya anak Malaysia,dan bangga dengan negara ini yang dulunya adik kepada Indonesia dan sekarang menjadi abang kepada negara anda. Ini kerana kami dan para pemimpin kami bekerja kuat untuk kemakmuran negara. Jika rakyat dan pemimpin DPR masih lagi dengan sikap yang sama , demo dan mengalihkan isu rakyat kepada isu lain dan dalam pada itu ia buat tuntutan naik gaji untuk kepentingan diri.. saya rasa Indonesia akan hancur syok.. sendiri. Tiada guna nasionalis yang tinggi jika negara semakin mengecil...Sipadan Ligitan , Timor Timur, Ambon, Acheh bakal hilang. Ini semua kerana rakyat Indonesia cuma ada semangat saja tapi malas dan tak tahu macam mana mahu memajukan negara. Ingatlah kita akan dipijak-pijak jika kita lemah..Kita mesti kuatkan ekonomi,mantapkan negara baru orang tidak berani kacau kita... Demontrasi, ganyang Malaysia tidak menjadi kudis bagi negara ini...sambil tersenyum pemimpin negara ini berkata... apa yang Indonesia boleh buat....kalau ribuan rakyatnya sekarang kita yang suap...bencananya kita yang bantu..pulihkan sehingga rakyatnya sendiri tidak mahu anggap Indonesia sebagai negaranya...Cuba tanya rakyat Acheh berapa ramai yang mahu bertuankan Indonesia.. Indonesia tidak mampu untuk bantu rakyatnya sendiri malah makin menekan rakyatnya...Kita tahu memang ia tidak mampu untuk bantu rakyatnya .. kerana ia banyak bercakap, berpolitik sehingga lupa tanggungjawab untuk majukan negara dan bangsanya sendiri....Tapi saya hairan mengapa rakyat Indonesia yang berada disini rajin berusaha sampai ada yang menjadi senang lebih daripada rakyat negara ini.... Kawan beritahu jawabnya mudah yang datang kesini adalah terdiri daripada mereka yang ingin memajukan diri ada semangat untuk maju.. dan yang tiunggal di Indonesia adalah mereka yang suka makan free..bila menyertai demontrasi.....
Emang paling enak liat kelemahan orang lain,kalau soal umpat-mengumpat,caci-memaki,adik gue yang masih TK pun bisa.Semua orang pasti akan marah jika kolor dan bajunya dirobek kan,sama halnya dengan negara.Salah nggaknya sebuah negara rakyat pasti akan membelanya,walaupun yang akan jadi korban rakyat itu sendiri.Kita smua dah dewasa,dah bisa berfikir yang rasional,apa sih untungnya ngeliat kelemahan orang lain kalo cuma membuat diri sendiri menjadi sombong.Ngaca dong ngaca.Apa karena kelebihan energi,nggak ada kerjaan,terus saling merendahkan.Mending jatah makannya kasih aja ke fakir miskin biar lebih bermanfaat,kalau nggak balik lagi aja ke Taman Kanak-Kanak biar diajarin tata krama.X....free line.
Post a Comment