Friday, December 17, 2004

sebuah pelajaran



dalam menyelesaikan sebuah masalah, aku kadang terpikir untuk menyelesaikannya dengan cara-cara "biasa". biasa dalam artian bagaimana pada umumnya masyrakat dan kita untuk melihat dan bahkan pengen secepatnya meninggalkan masalah itu. ambil contoh dalam urusan tilang polisi lalu lintas. seenaknya saja kita coba berkelit dan bila dirasa mentok, tawaran untuk berdamai segera kita luncurkan kepada polisi.

kemarin, ada peristiwa menarik yang kualami. sewaktu naik mot0r dari kota aku helm yang aku gantung terjatuh di tengah jalan. sontak aku hentikan motor dan berharap bahwa tidak ada kendaraan yang "tega" menginjak helm itu. di sekitar kejadian itu ada seorang anak smp, dari postur tubuhnya kukira ia masih menginjak kelas pertama. dari jauh kulambaikan tangan dengan isyarat untuk memintanya mengambilkan helmku yang terjatuh itu, sebab jarakku dengan helm tersebut masih cukup untuk memberikan peluang kepada kendaraan untuk menghancurkan berkeping-keping.

ia berhasil. dari jauh tampak helmku dipegangnya. sambil mempercepat langkah aku langsung saj merogoh kantoong celana dan berharap ada recehan yang mungkin bisa kuberikan sebagai tanda terima kasih. saat bertemu kuucapkan terima kasih sambil menawarkan duit seribuh rupiah untuknya. tak kusangka ia menolak dan sekedar bergumam, "ndak usahmi, kak".

aku malu...padahal tidak ada niatku untuk merendahkan niat baiknya dan menukarnya dengan nilai selembar uang. tapi aku sadar, aku bahkan tak melihatnya sebagai manusia yang utuh, dimana setiap orang punya potensi untuk berbuat tanpa pretensi apa-apa. sekali lagi aku salah, menganggap semua masalah dapat diselesaikan dengan cara-cara primitif.

dari seorang anak kecil, aku mendapatkan sebuah pelajaran berharga, meski untuk itu aku harus memendam malu...

No comments: