Saturday, September 01, 2007

Mobil sport

Saya memang bukan pembelanja yang baik, paling tidak itu kata istri saya. Setiap habis ‘tugas’ belanja, saya selalu lupa berapa harga barang yang sudah saya beli. Jika sebelum belanja saya selalu bersiap dengan daftar belanja, itu memang nilai tambah. Tapi kelar belanja yang jadi masalah. Pertanyaan istri saya semisal, “tadi beli bawang merah ini berapa, daging sapi ini beli 1 pound, ya?” Atau “kenapa beli susu yang mahal?”

Jawaban saya untuk semua pertanyaan itu bisa ditebak, “tidak tahu”. Atas nama variasi saya sih sering ganti dengan “lupa” atau “tadi struk belanjanya jatuh”. Saya memang bukan pembelanja yang baik. Jarang sekali saya bisa menghapal—baik di dalam maupun di luar kepala—soal harga barang yang sudah (dan akan) dibeli. Ia memang sangat detail untuk urusan satu ini. selain mencatat setiap pengeluaran, ia pun membuat daftar prioritas belanja. Satu sisi ini tentu tak sejalan dengan jiwa merdeka saya yang sejak lama tak terkekang. Namun sisi lainnya kok berkilah bahwa tak ada yang terkekang. Justru saya yang boros ini jadi terbantu untuk lebih well planned. “Biar nanti bisa beli mobil sport”, hiburnya.

Mobil sport? Ha…ha…ha... Menabung seabad pun rasanya tak kesampaian. Ini memang lelucon khas dengan banyak kawan saat mengajukan beberapa lamaran kerja setelah kuliah dulu. Carilah kerja yang gajinya bisa buat beli mobil sport, begitu motto hidup pencari kerja yang tak tahu diri. Kalo PNS, mau nabung berapa keturunan? (tak ada opsi untuk korupsi, ya..).

Bukan mobil sport itu benar yang membuat saya jadi ingin hapal dan ingat harga barang-barang belanjaan saya. Cuma penasaran aja, bawang merah tadi belinya berapa ya, kok bisa lupa.

3 comments:

Anonymous said...

untuk itulah di dunia ini diciptakan makhluk bernama wanita, yang bisa sangat teliti dengan harga-harga barang belanjaan ^^

Anonymous said...

he2, persoalan klasik kaum suami. tapi pasti ingat kalo ditanya berapa dikasi keluar uang utk belanja..:)

salam kenal ces
saya asal pannampu..dulu sering naik damri legendaris nomor 03 rute sentral - pannampu - batangase.

Unknown said...

hehehe makanya kau belajar sama anak pasar bagaimana belanja yang baik; termasuk bagaimana menawar dan menghindari copet hehehe