Monday, August 13, 2007

Pasar Halal

Tiba-tiba hampir seluruh restoran dan warung makan yang ada di sepanjang Bristol road dekat kampus itu memajang tanda Halal di depan pintu mereka. Seingat saya, tahun lalu masih terhitung dengan sebelah tangan restoran dan tempat jual makanan halal di sepanjang jalan ini. Salah satunya warung burger yang sering jadi andalan kalau sudah malas balik ke rumah untuk memasak. Pemiliknya orang Turki dan memang muslim. Burgernya lebih maha dari harga burger pada umumnya. Tapi mau giman alag, tdk ada pilihan lain. Namun kini jumlah warung halal itu telah berlipat. Mulai dari restoran besar sampai warung tradisional semacam fish and chips. Soal apakah sign halal yang mereka pajang itu telah melalui proses sertifikasi panjang dari Halal Food Authority atau tidak, itu urusan lain.Makanan halal, atau produk muslim secara umum memang menjadi salah satu bisnis paling menarik saat ini. Di Amerika sendiri, sebagai pusat kapitalisasi dunia telah menunjukkan trend ini sejak lama. Penelitian yang dilansir majalah the economist menyebutkan bahwa lebih dari 6 juta masyarakat muslim disana berpenghasilan diatas rata-rata atau sekitar $50,000 - $100,000. Sementara penghasilan rata-rata kebanyakan hanyalah kisaran $40,000. Mereka juga berpendidikan lebih tinggi ketimbang masyarakat lainnya, dimana dua per tiga dari jumlah itu memiliki satu atau lebih gelar kesarjanaan. Satu lagi yang membuat kaum muslim menjadi target pasar yang menggiurkan, mereka punya kecendrungan untuk memiliki anak lebih dari dua. Nah, komplit kan pasar ini?

Segmen yang paling menarik dan menjadi perhatian kaum muslim kebanyakan adalah sector makanan, keuangan dan pasar konsumen yang memang banyak bersinggungan hokum-hukum syariat. Laporan economist menyebutkan bahwa pasar produk halal tumbuh 16% per tahun atau sekitar $580 milyar setiap tahunnya. Jumlah yang menggiurkan, bukan?

Namun apakah persepsi soal halal ini kemudian sudah selesai? Ternyata tidak. Beberapa penjual daging dan orang Inggris kebanyakan cuma tahu bahwa halal itu berarti daging selain daging babi. Maka daging sapi atau domba meski tidak disembelih dengan proses halal akan menjadi halal dengan asumsi seperti ini.

Bahkan awal-awal kedatangan saya banyak diisi dengan berbagi cerita soal halal dan tidak suatu makanan. Saya sering ditanya macam-macam, mulai dari ikan yang halal dan tidak halal, atau adakah babi halal (halal pork) dalam Islam? Meski secara pribadi saya tak suka bicara soal halal-haram ini sebab banyak dai dan ustad yang akhirnya lebih sibuk dan siap ribut soal ini ketimbang mengingatkan masyarakat bahwa menyogok polisi atau menaikkan harga barang secara tak wajar adalah dosa juga adanya. Untungnya saya bukan dai terlebih ustad. Tapi yah namanya beda budaya dan kebiasaan, proses cerita ini menjadi unik dan enak saja jalannya.

Kembali ke bisnis produk halal, Mc Donald di London juga telah melakukan uji coba penjualan makanan halal. Di Southall, bagian utara kota London, salah satu restoran cepat saji itu menyediakan paket halal. Meski tak memasang info dan sign di depan toko mereka, namun permintaan paket ini ternyata tinggi. Terbukti, waktu itu paket ini sampai membuat antrian panjang dari pengunjung.

Produk lainnya tidak kalah. Ada Barbie versi islami, yang disini namanya diganti Fulla. Tak seperti Barbie yang blonde, berbusung dada, serta gonta-ganti pacar, si Fulla adalah tokoh idola banyak calon mertua. Rajin belajar, membaca, shalat dan masak. Sempurna, bukan? Produk keuangan jangan ditanya. Mulai dari HSBC hingga Barclays sudah punya divisi syariah dimana target buruan mereka adalah raja-raja minyak timur tengah dengan jumlah uang yang melimpah. Tentu saja pasar besar lainnya adalah kaum muslim (kebanyakan imigran) yang ada di Inggris.

Namun apakah ini yang kemudian menjadi titik awal kebangkitan Islam? Banyak pihak yang menilai demikian. Namun bagi saya, bisnis tetaplah bisnis, tak perlu menjadi Adam Smith untuk tahu soal ini. Soal kemudian ada berkah dan manfaatnya, anggaplah itu sebagai bonus.

No comments: