“Abulla, sudah pesan meja untuk malam ini? tanya teman saya asal Taiwan, Jay, saat menanti kelas di pagi hari. Abulla, begitu nama saya dipanggilnya. Mungkin sulit baginya menyebut sempurna nama saya. Entah karena soal lidah atau memang ia asing dengan nama seperti itu. Meski sudah kulatih untuk menyebut yang benar, ia tetap saja kesulitan. Tak apalah, yang penting nama saya tidak diganti-gantinya. Sebab banyak teman-teman, khususnya dari Cina, Taiwan, dan Korea memiliki nama alias. Michael, Peter, Cristy, menjadi nama pasaran. Ada beberapa bahakn yang memiliki nama alias yang serupa.
Kembali ke soal meja, saya balik bertanya, “Meja apaan, Jay?”. Yang ditanya malah kelihatan bengong dan seperti tak habis pikir. “Come on man, it’s valentine”. Ia kemudian bercerita bagaimana ia sulit mendapatkan meja untuk candle dinner bersama pacarnya yang akan datang dari Warwick. Beberapa restoran telah ditelponnya, namun malam ini semuanya udah fool booked. Ia masih coba beberapa alternatif, namun jika tetap tidak ada, ia dan pacarnya akan menghabiskan malam di city centre, meski tak ada menu special dan sebatang lilin.
Tak habis pikir saya. Kupikir saat pagi tadi seorang pendengar di radio minta tolong kepada penyiar agar dicarikan meja untuk makan malam itu hanyalah lelucon. Ternyata benar adanya. Jay, teman saya itu bernasib sama. Ini ditambah pula dengan perbincangan tentang rencana melewatkan malam dan beragam caranya dari mahasiswa di common room tempat biasa kami berkumpul saat makan siang. Dari curi-curi dengar saya jadi tahu, mala mini ternyata special, paling tidak begitu dari cara mereka berencana.
Cerita saol valentine, sejarah dan beragam versinya telah banyak ditulis. Tak kalah luar biasanya dengan catatan akhir tahun atau tulisan tentang hari kemerdekaan di Indonesia. Termasuk coklat dan bunga, yang sering menjadi pertanda perayaannya. Terima kasih untuk media dan pengiklan yang makin membuat ari yang sebenarnya biasa aja ini menjadi special [bagi mereka yang merasakan special, tentunya. Buat yang merasa biasa aja, ga usah khawatir, kalian tak sendiri]. Namun mendengar cerita Jay, perbincangan di common room dan siaran radio pagi tadi, saya baru tahu soal makan malam yang serunya seperti ini.
Untunglah, di flat kami punya meja makan yang lumayan lapang. Tempat kami biasa melewatkan sarapan dan makan malam bersama. Tiba-tiba saya jadi khawatir, jangan-jangan meja kami pun sudah ada yang memesan…
No comments:
Post a Comment