Saturday, May 27, 2006

Wisata Demo

Unik juga tulisan yang kubaca di koran kemarin. Seorang penulis kolom di koran itu memiliki ide untuk menciptakan wisata demonstrasi, menyikapi tingginya intensitas demonstrasi di kota ini. Setuju...

Jika kita cermati kondisi Makassar kekinian, memang intensitas demonstrasi hampir menyamai intensitas demonstrasi secara nasional. Soal tema dan isu yang diusung beragam, namun satu yang sama adalah cara dan sikap mereka dalam berdemonstrasi. Tak ada demonstrasi yang tidak membakar ban di jalan, tak ada pula yang berfikir demonstrasi tanpa harus menutup jalan dan membuat kemacetan.

Kondisi inilah yang kemudian menjadi ilham untuk menciptakan demonstrasi sebagai salah satu objek wisata andalan di Makassar. Dampak ekonomisnya tentu saja akan memberikan pemasukan luar biasa bagi pemerintah kota. Soal sumber daya, jangan khawatir, datang saja ke kampus-kampus atau warkop-warkop yang bejibun di penjuru kota. Di tempat itu, isu dan tema berseliweran dan selalu saja banyak yang dapat bersikap.

Lalu apa yang menarik dari itu semua? Banyak. Mungkin cuma disinilah orang berdemonstrasi atas nama rakyat banyak namun menyandera mobil tangki minyak tanah yang jelas-jelas dibutuhkan orang banyak. Trend ini kemudian diikuti banyak pihak, termasuk di seberang pulau. Di sini pulalah demonstrasi mahasiswa yang kemudian berbuntut bentrokan dengan sopir angkot, yang jelas-jelas menjadikan jalan raya sebagai ladang berburu rezeki.

Fakta di atas lebih dari cukup untuk menjadi obyek menarik yang mampu menambah devisa pemerintah kota yang hobi membuat gerakan dan lebih fokus untuk mengumbar mimpi-mimpi ketimbang bekerja keras dan memberikan pelayanan publik yang baik.

4 comments:

Anonymous said...

well, selain itu; sa pikir kampus-kampus di makassar juga bisa bikin wisata tawuran. disediakan helm, dan pakaian anti peluru (coz mahasiswa kita sudah terlatih memegang batu, papporo, busur, dan snejata rakitan)

Asta Qauliyah said...

Perlahan, tetapi seperti pasti, kita, dalam tradisi intelektual yang selalu kita gembar-gemborkan melalui mercusuar2 kampus (baca: demonstrasi), kian menemui kerontangan makna dan termarginalkan dalam kungkungan sistem yang telah menelikung basis2 idealisme kemahasiswaan. Pararlelisme rakyat dan mahasiswa kini menemui titik difergensi untuk saling mendefenisikan diri masing2; siapa mahasiswa dan siapa rakyat itu? Pada kenyataaannya, dunia kampus memang sudah membuat demarkasi yang begitu radikal hingga secara tidak sadar ikut mendesensitisasi moralitas dan intelektualitas--identitas hakiki kemanusiaan mahasiswa!
Saya kira tidak cukup hanya dengan mengeluhkan fenomena yang ada. Minimal kita bisa memulai gerakan demonstratif yang lebih intelektual dengan setidaknya mulai mengembangkan budaya literer.

Anonymous said...

Enjoyed a lot!
» »

Anonymous said...

You have an outstanding good and well structured site. I enjoyed browsing through it incorporating a business in utah chevrolet 4wd seat covers http://www.rosacea-product.info seroquel Buy+cheap+celebrex+online Suzuki m190r review Free acne control Free online nursing journal article Sauna san jose california Can one invest on h1b