Thursday, January 26, 2006

pahlawan

sore belum juga utuh, segerombolan anak-anak SMP saling mengejar dan melempar. mereka masih lengkap dengan pakaian seragam dan juga perlengkapan sekolah lainnya.

saat pulang ke kos, kulihat kelompok berseragam putih-putih (kuyakin mereka dari sekolah islam) dan kelompok yang berpakaian putih biru sudah saling berhadapan dan menghujat. jumlah mereka tidak banyak, bahkan sebenarnya kurang pas juga disebut tawuran kelompok. tapi paling tidak, mereka telah berhasil membuat macet jalan di kisaran salemba tengah. entah siapa yang memulai, tiba-tiba dua kelompok yang awalnya saling bertahan, sontak berhamburan. batu, teriakan, dan penonton yang bersorak.

aku coba tidak terusik, meski tetap berhati-hati. siapa tahu ada batu yang nyasar atau malah diciduk aparat. saat dekat kos, di ujung gang tampak seorang anak dari salah satu kelompok itu sedang terbaring lemah, bahkan kupikir ia pingsan. bajunya praktis kotor dan di sekitar badannya ada luka memar. mungkin ia telah menjadi korban lawannya, dan juga karena tidak sanggup akhirnya lebih memilih ngacir untuk menyelamatkan diri. ia lebih memilih untuk lari kedalam gang dan bersembunyi dekat rumah penduduk.

reaksi masyarakat sekitar tak terduga juga buat saya. memang ia akhirnya tertolong, tapi awalnya ia menjadi sasaran telunjuk, seolah ia menjadi biang semua ini. bahkan sepertinya, beban hidup masyarakt jakarta pun dihempaskan ke pundaknya.

setelah mendapatkan ceramah dan wejangan, seorang ibu memberinya makan dann minum. ia yang dari tadi menjadi pusat perhatian, masih juga kelihatan cemas, meski sang ibu coba menghiburnya untuk tenang dan jangan banyak goyang. dalam pikirannya ia tentu tak berharap diri dalam situasi seperti ini. pusat perhatian untuk saat dan kondisi seperti ini, adalah tentu bukan alternatif baginya.

di tengah kondisi harga beras yang tinggi, listrik yang akan naik lagi, banjir dan angin kenjang yang luar biasa, anak itu menjadi penghibur sejenak. mungkin masyarakat butuh tempat untuk menumpahkan kesalahan dan luka, apalagi jika pemerintahnya tuli dan buta. jadi anak itu, tak patutlah bersedih, ia adalah pahlawan.

2 comments:

soeltra said...

jd ingat masa smu, sbuah pmandangan yg sudah dianggap biasa. "tawuran" lagi2 kekerasan, tp sekeras2nya mereka emang lbh keras hati dan keras kepala pmerintahan kita.jd makin pedih melihat fenomena sosial skrng,ah..msh ada bbrp pahlawan yg peduli dan membuat perubahan yg lbh nyata bukan?(bknkah ini jg namanya menata harapan? ;))

Anonymous said...

wee..bos.. harusnya unhas dipromosikan wkt itu.. :-)