Monday, November 10, 2014

Celebrity Scholar dan Gempita Sabuk Putih

Professor Henry Mintzberg, McGill University,
peraih  C.K. Prahalad award
Ini sambungan dari artikel sebelumnya. Kali ini kita cerita tentang konferensinya itu sendiri. Karena ini konferensi tahunan (annual conference), maka tentu saja ada begitu banyak orang yang datang. Scholar, praktisi, mahasiswa hingga pemerhati masalah ekonomi dan manajemen juga banyak. Yang menarik bagi saya yang merupakan new comer dan merupakan pengalaman pertama ikut konferensi internasional dalam skala besar seperti ini adalah kehadiran scholar terkenal. Dalam dunia akademik, mereka sering dikenal juga sebagai celebrity scholar. Kebanyakan dari mereka adalah ahli manajemen yang telah menulis banyak paper di jurnal terkemuka seperti Academy of Management (AoM), Strategic Management dan jurnal manajemen bereputasi lainnya. Selain artikel, banyak dari mereka juga penulis buku, baik text book maupun buku non text book, dana rata-rata merupakan best seller.

Di konferensi kali, saya banyak melihat scholar celebrity yang selama ini hanya kenal namanya dan artikelnya saya kutip di tesis dan artikel saya. Bertemu mereka seperti bertemu pesohor saja rasanya. Tapi ya gitu, karena mereka terkenal dan banyak yang mengenal, maka banyak pula yang berharap bisa bertegu sapa atau sekedar bertukar kartu nama dengan mereka. Beberapa dari selebrity ini kadang terlihat kewalahan sebab hampir di setiap sesi rehat dan coffee break, mereka selalu tak sempat untuk menikmati kopi yang tersedia. Mungkin begitu resiko jadi terkenal.

Nah, sebelum berangkat saya sudah dapat 'ilmu' dari supervisor menghadapi situasi seperti ini. artinya, bagaimana saya bisa mengambil manfaat dari bertemu mereka, meski singkat. Tentu, senjata business card penting. Namun jangan terlalu bergantung pada kartu nama ini sahaja. Supervisor saya menekankan untuk membangun komunikasi dengan mereka dengan sabar. Membangun komunikasi sesungguhnya bagi supervisor saya adalah setelah konferensi berlangsung. Pertemuan saat konferensi hanyalah pertemuan singkat, dan tentu suli bagi scholar itu mengingat siapa saja yang ia temuai selama konferensi. Kartu nama? percayalah, sepulang dari konferensi banyak dari kartu nama itu yang dibuang, atau paling sering ditinggal begitu saja di kamar hotel. Disinilah letaknya komunikasi setelah konferensi menjadi penting. Pertemuan singkat saat konferensi dipakai sebagai pemantik dalam komunikasi virtual dengan mereka.

Pertanyaan selanjutnya, untuk apa membangun komunikasi dengan mereka? Well, bagi mereka yang ingin terus berada dalam dunia akademik, menjalin komunikasi dengan scholar tetnu tak ada ruginya. Kedua, dalam kasus saya, beberapa dari mereka artikelnya saya kutip dan pakai sebagai bahan dalam penulisan tesis dan artikel saya. berkomunikasi tentu baik untuk memahami lebih jauh apa yang mereka maksud. Bukan rahasia lagi bahwa tulisan yang ada di jurnal-jurnal ilmiah banyak yang perlu pemahaman lebih karena ditulis dengan bahasa ilmiah dan penuh jargon. Saya sadari, pemahaman saya akan beberapa tulisan dan artikel itu belum utuh. Mendapatkan informasi dari tangan pertama tentu tak ada ruginya.

Paul Polman,  CEO Unilever menyampaikan
keynote speech
Namun jangan percaya diri buta begitu saja. Mengirimkan email bukan berarti bahwa otomatis akan berbalas email. Maksud saya, lepas dari kesibukan mereka yang bisa saja menerima email ratusan per hari, bisa jadi mereka lupa atau menganggap tidak penting untuk membalas email dari kita. Ini juga saya alami sendiri. Beberapa email yang terkirim tak terbalas hingga kini. Yang terbalas pun sekedar say 'thank you bla bal bla'. Namun saya jadi tahu, bukan itu saja tujuan sebenarnya. Paling tidak saya belajar tentang pentingnya jejaring dan jika beruntung dan telaten, serta sabar tentunya, maka banyak manfaat dari jejaring yang terbangun seperti ini. Supervisor saya memberi contoh dirinya yang kini menjadi co-author sebuah text book strategic management. Text book ini menjadi salah satu text book (lengkap dengan case study book) yang utama dalam pengajaran manajemen strategi di dunia. Buku ini menjadi salah satu referensi utama ketika menempuh master di Birmingham dulu.


Lepas dari selebriti dalam konferensi, ada juga hal unik yaitu tingkah laku para paserta lain. dalam sebuah perbincangan dengan seorang peserta yang telah lama aktif di strategic management society ini, satu upaya mendapatkan perhatian adalah dengan menonjolkan diri. Biasanya, kesempatan menonjolkan diri ini akan muncul saat sesi panel presentasi, atau saat sesi workshop. Saya memang melihat dan menykasikan sendiri bagaiman seorang penanya yang bertanya dengan pertanyaan cukup panjang, mengutip sana-sini dan seperti membaca literature review berhalaman. Berlebihan? Iya, tapi begitulah adanya. menurut supervisor saya, yang seperti ini layaknya dalam karate, masih sabuk putih dan butuh arena untuk aktualisasi.

Jadi, selain presentasi dan diseminasi pengetahuan, konferensi juga memberi banyak plajaran lain. Ia bisa menjadi jembatan menuju perbaikan (karir). Itu jika kita pandai memanfatkannya, dan merasa perlu untuk memanfaatkannya.

No comments: