Professor Henry Mintzberg, McGill University, peraih C.K. Prahalad award |
Di konferensi kali, saya banyak melihat scholar celebrity yang selama ini hanya kenal namanya dan artikelnya saya kutip di tesis dan artikel saya. Bertemu mereka seperti bertemu pesohor saja rasanya. Tapi ya gitu, karena mereka terkenal dan banyak yang mengenal, maka banyak pula yang berharap bisa bertegu sapa atau sekedar bertukar kartu nama dengan mereka. Beberapa dari selebrity ini kadang terlihat kewalahan sebab hampir di setiap sesi rehat dan coffee break, mereka selalu tak sempat untuk menikmati kopi yang tersedia. Mungkin begitu resiko jadi terkenal.
Nah, sebelum berangkat saya sudah dapat 'ilmu' dari supervisor menghadapi situasi seperti ini. artinya, bagaimana saya bisa mengambil manfaat dari bertemu mereka, meski singkat. Tentu, senjata business card penting. Namun jangan terlalu bergantung pada kartu nama ini sahaja. Supervisor saya menekankan untuk membangun komunikasi dengan mereka dengan sabar. Membangun komunikasi sesungguhnya bagi supervisor saya adalah setelah konferensi berlangsung. Pertemuan saat konferensi hanyalah pertemuan singkat, dan tentu suli bagi scholar itu mengingat siapa saja yang ia temuai selama konferensi. Kartu nama? percayalah, sepulang dari konferensi banyak dari kartu nama itu yang dibuang, atau paling sering ditinggal begitu saja di kamar hotel. Disinilah letaknya komunikasi setelah konferensi menjadi penting. Pertemuan singkat saat konferensi dipakai sebagai pemantik dalam komunikasi virtual dengan mereka.
Pertanyaan selanjutnya, untuk apa membangun komunikasi dengan mereka? Well, bagi mereka yang ingin terus berada dalam dunia akademik, menjalin komunikasi dengan scholar tetnu tak ada ruginya. Kedua, dalam kasus saya, beberapa dari mereka artikelnya saya kutip dan pakai sebagai bahan dalam penulisan tesis dan artikel saya. berkomunikasi tentu baik untuk memahami lebih jauh apa yang mereka maksud. Bukan rahasia lagi bahwa tulisan yang ada di jurnal-jurnal ilmiah banyak yang perlu pemahaman lebih karena ditulis dengan bahasa ilmiah dan penuh jargon. Saya sadari, pemahaman saya akan beberapa tulisan dan artikel itu belum utuh. Mendapatkan informasi dari tangan pertama tentu tak ada ruginya.
Paul Polman, CEO Unilever menyampaikan keynote speech |
Lepas dari selebriti dalam konferensi, ada juga hal unik yaitu tingkah laku para paserta lain. dalam sebuah perbincangan dengan seorang peserta yang telah lama aktif di strategic management society ini, satu upaya mendapatkan perhatian adalah dengan menonjolkan diri. Biasanya, kesempatan menonjolkan diri ini akan muncul saat sesi panel presentasi, atau saat sesi workshop. Saya memang melihat dan menykasikan sendiri bagaiman seorang penanya yang bertanya dengan pertanyaan cukup panjang, mengutip sana-sini dan seperti membaca literature review berhalaman. Berlebihan? Iya, tapi begitulah adanya. menurut supervisor saya, yang seperti ini layaknya dalam karate, masih sabuk putih dan butuh arena untuk aktualisasi.
Jadi, selain presentasi dan diseminasi pengetahuan, konferensi juga memberi banyak plajaran lain. Ia bisa menjadi jembatan menuju perbaikan (karir). Itu jika kita pandai memanfatkannya, dan merasa perlu untuk memanfaatkannya.