imbauan pemerintah untuk berhemat dalam penggunaan energi rasanya telat datangnya. memang sudah dikuatkan bahwa ajakan ini buta mereka yang merasa di barisan menengah ke atas. tapi tetap saja implikasinya terhadap golongan bawah bukannya tidak ada.
meski positif, tapi kelihatannya jalan ini tak cukup. apalagi untuk menekan konsumsi yang
sudah gila-gilaan di negeri ini. kok bisa? tingkat penjualan kendaraan bermotor, khususnya
mobil makin meningkat. bagaimana dengan motor? kalau yang satu ini telah lama ia menunjukkan grafik yang tersu menanjak. namun peningkatan ini meski berbanding lurus dengan konsumsi bahan bakar, tetap saja lebih kecil dibanding peningkatan pembelian mobil dengan penggunaan bahan bakar.
apalagi, mobil-mobil mewah tak hanya mengisi jalan-jalan jakarta, tapi juga di makassar dan
kota-kota besar lainnya di indonesia. kadang aku berfikir, darimana mereka mendapatkan uang
membeli mobil yang dimajalah otomotif bekas kulihat harganya mendekati sembilan digit itu?
sekarang bukan barang aneh jika di makassar anda berpapasan dengan mobil jaguar, toyota
landcruiser terbaru.
masih segar dalam ingatan ketika beberapa waktu lalu perkumpulan orang-orang berduit lebih
unjuk gigi dengan tongkrongan mereka yang harganya, alamaaak. di sini mereka bereuni seolah
kawan dan karib yang sangat dekat, yang dipersatukan atas kesamaan hobi, untuk tidak
mengatakan kesamaan apa.....gitchu (kok jadi sinis gini...). dentuman suara knalpot motor
mereka memecah jalan, tentu saja dengan kawalan polisi dan sirenenya. dengan tangkringan
seharga puluhan hingga ratusan juta rupiah, rasanya banyak yang bisa dihemat.
sekilas, ini seperti komunis saja. tak ada yang boleh kaya dan berpenampilan lebih. tapi
bukan itu esensinya, kepekaan dan emphaty sepertinya sudah lama berlari jauh. di tengah
antrian masyarakat mendapatkan sejergen bbm, di sudut kota diselenggarakan pameran mobil
dengan harga selangit dan tentu saja boros bahan bakar. belum lagi tingkah para elit yang tak kunjung memberikan kenyamanan, sebab keteladanan rasanya terlalu mengawang..
jadi, tak cukup dengan imbauan. apalagi sekedar tidak memakai jas, dan menyetel pendingin ruangan. berhemat? sudah lama rakyat kecil melakukannya, bahkan lebih dari itu, berkekurangan.
3 comments:
Isu klasik yang kompleks memang, saya setuju, dengan move public-relations-nya SBY sekedar sebagai dimensi baru...
Gue setuju banget, dan gue yakin banyak juga yang lain. Tapi kalo gue sih lebih ngeliat apa yang bisa gue kerjain, apa berusaha (atau bermimpi) membuat tingkat kesejahteraan lebih merata, mewujudkan pendidikan murah (kalo nggak bisa gratis) dan berkualitas, atau apa...
Andai keprihatinan seperti ini lebih mainstream di Indonesia kita... yah paling nggak masih ada beberapa yang kepikiran, siapa tau bisa dilanjutin jadi bertindak...
BTW nice post :)
hidup HEMAT!!! meskipun pmerintah telat bgt!hehe...lg kembali bljr hemat lg niiiy..sistem anggaran kperluan diri lg di perbaikin.SMANGAAATT!!dpt pmasukan tak terduga lg :D
alhamdulillah mdh2an msh nyisihin sdikit u/ org lain 'n u/ masa dpn.cieeee....
jellyjuice : dapet darimana beli mobil mahal?? dapet warisan ngkaleee...
Post a Comment